Pertemuan Joko Widodo dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington menghasilkan sejumlah kerja sama ekonomi. Diantaranya pada sektor manufaktur, keuangan, hingga pariwisata.
Mengutip keterangan pers Gedung Putih, Joe Biden berniat untuk mengumumkan beberapa program untuk mendorong ekonomi kemakmuran ekonomi yang inklusif melalui investasi pada beberapa sektor.
“Melalui investasi pada teknologi – teknologi penting dan baru, usaha mikro kecil dan menengah, dan pembangunan berkelanjutan,” tulis keterangan itu, Selasa (14/11/2023).
Lebih detail, mengenai diversifikasi ekosistem semikonduktor global. Di mana Amerika dan Indonesia akan bermitra untuk menciptakan rantai nilai semikonduktor global yang lebih tangguh dan aman, serta berkelanjutan. Amerika nanti juga akan bermitra dengan asosiasi industri untuk memimpin delegasi perdagangan perdagangan perusahaan semikonduktor negaranya ke Indonesia.
Kedua, mengenai peningkatan konektivitas digital di pedesaan Indonesia. Badan Perdagangan dan pembangunan Amerika Serikat (USTDA) akan mendukung hibah kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menilai kelayakan komersial dan teknis penerapan jangan akses radio terbuka (Open RAN). Guna menyediakan konektivitas digital untuk 1.621 desa.
Ketiga, Amerika akan berinvestasi pada perusahaan berkembang di Indonesia. Dimana International Development Finance Corporation (DFC) akan menyediakan pendanaan baru sebesar US$ 131 juta atau setara Rp 2,05 triliun (Rp 15.711/US$).
Guna meningkatkan inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi melalui penjaminan pinjaman kepada Bank Sampoerna untuk kredit UMKM-nya, pinjaman langsung untuk Amartha Nusantara Raya juga untuk penyaluran kredit kepada pengusaha di desa.
Keempat, kemitraan dalam hal pariwisata. Dimana Departemen Perdagangan AS bermaksud untuk bermitra dengan Indonesia dalam sebuah inisiatif baru, dengan kepada para pemangku kepentingan pariwisata. Supaya bisa memperkuat area pariwisata antar kedua negara, khususnya pada bidang bisnis, pendidikan dan rekreasi.
Kelima, pemanfaatan investasi sektor swasta AS. Pemerintah Indonesia berencana bermitra dengan ExxonMobil dalam investasi hingga US$ 15 miliar atau Rp 235,6 triliun untuk meningkatkan pertumbuhan industri. Serta mendorong dekarbonisasi di Indonesia dan berpotensi di seluruh Indo – Pasifik.
Termasuk penilaian bersama oleh ExxonMobil dan Pertamina terhadap potensi pusat penyerapan karbon jauh di bawah tanah di laut Jawa yang berpotensi dapat menampung tiga miliar metrik ton karbondioksida.
Source berita : CNBC
Source Foto : Kompas