Ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak BBM masih cukup tinggi. Ini menyebabkan harga BBM lokal jadi sangat terpengaruh fluktuasi harga minyak mentah dunia.
Menyikapi hal ini, Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia ditargetkan akan setop impor minyak mentah pada 2045. “Kita sedang riset soal minyak kelapa sawit, karena kami percaya pada 2045 kami bisa produksi sekitar 100 juta ton minyak sawit. 30 persennya akan diarahkan untuk pangan dan sisa 70 persennya, kita bisa lakukan riset dan kita bisa bikin etanol. Jadi kita tidak perlu mengimpor minyak fosil pada saat itu,” kata Luhut dalam “Indonesia Zero Pathway: Opportunity & Challenges” yang digelar di Paviliun Indonesia, World Economic Forum Annual Meeting 2023 di Davos.
Sebagai negara terbesar penghasil CPO dan biodiesel terbesar di dunia, diketahui bahwa Indonesia telah menerapkan moratorium izin perkebunan kelapa sawit guna meningkatkan efektivitas dari produksi perkebunan kelapa sawit sejak tahun 2008.
Optimisme Indonesia terkait dengan pengembangan bahan bakar alternatif tersebut tentu menimbulkan pro dan kontra. Indonesia patut berbangga karena sedang merancang masa depan yang lebih mandiri, namun kontra datang dari Ekonomi Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, yang mengatakan bahwa wacana ini sarat akan terjadinya deforestasi.
Dilansir dari CNN, Yusuf menyampaikan saran bahwa perlu adanya diskusi lebih lanjut mengenai penggunaan lahan untuk perkebunan sawit agar tidak terjadi meminimalisir tuduhan deforestasi yang selama ini memang ditujukan ke sektor kelapa sawit.
Selain itu, Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung mengatakan bahwa harus ada keseimbangan guna memberikan kesejahteraan bagi pihak petani dan korporasi, dengan mendukung harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada setiap hasil produksi kelapa sawit.
Target Luhut untuk bisa memproduksi 100 juta ton minyak sawit harus bisa dilaksanakan tanpa adanya deforestasi sehingga Gulat menyarankan agar strategi intensifikasi diterapkan untuk meningkatkan produktivitas 2-3 kali lipat tanpa harus menambah luas lahan.
Ambisi Luhut tersebut tentunya menimbulkan berbagai kekhawatiran dari berbagai sisi mengenai kesiapan Indonesia sehingga perlu adanya roadmap yang serius dalam memproduksi bahan bakar alternatif kelapa sawit di 2045 mendatang.